Dengan Jahe Merah Indonesia Siap Jadi Pemimpin Global Obat Herbal Modern
Jakarta, 18 November 2025 — Dengan kekayaan hayati yang melimpah dan tradisi pengobatan alami berusia ratusan tahun, Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi pusat pengembangan obat herbal modern dunia. Kini, momentum itu semakin nyata, seiring masuknya Indonesia dalam penyusunan farmakope herbal internasional WHO.
Menurut dr. Inggrid Tania, Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), fondasi ilmiah Indonesia sudah kuat. “Kita punya ribuan tanaman obat yang sudah digunakan secara turun-temurun. Farmakope herbal pun sudah ada untuk standarisasi. Artinya, sistem kita bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” ujarnya dalam sebuah siniar YouTube.
Salah satu komoditas unggulan adalah jahe merah. Secara tradisional digunakan untuk daya tahan tubuh, vitalitas, dan kesehatan pernapasan, kini manfaatnya telah dibuktikan lewat riset modern. Kandungan gingerol, shogaol, dan zingerone membuatnya bersifat antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, hingga antidiabetes. Studi internasional menunjukkan potensinya untuk meredakan arthritis dan membantu mengontrol gula darah.
Baca juga: Diabetes, Mother of Diseases: Tidak Bisa Disembuhkan Tapi Bisa Dikontrol
Standarisasi dan Ekosistem
Meski industri herbal tumbuh cepat, persoalan terbesar Indonesia tetap sama: standarisasi. “Produk herbal harus memenuhi tiga aspek: autentisitas, kemurnian, dan mutu. Tanpa itu, sulit diterima secara ilmiah,” tegas dr. Inggrid.
Ia menekankan pentingnya ekosistem herbal terpadu—mulai dari pembenihan, budidaya, pascapanen, ekstraksi, riset, hingga produksi. Tanpa rantai nilai yang terintegrasi, industri sulit bersaing di pasar global.
Kunjungan WHO–International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (IRCH) ke fasilitas PT Bintang Toedjoe menjadi momen penting. Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan WHO–IRCH ke-16, tetapi juga ikut menyusun farmakope herbal global sebagai representasi negara dengan biodiversitas terbesar di dunia.
“Kunjungan ke industri yang memanfaatkan jahe merah ini menjadi benchmark penting WHO untuk standar herbal internasional,” kata dr. Inggrid.
Baca juga: Diabetes, Mother of Diseases: Tidak Bisa Disembuhkan Tapi Bisa Dikontrol
Seluruh fasilitas PT Bintang Toedjoe telah tersertifikasi CPOTB BPOM serta ISO 9001, 14001, dan 45001—menunjukkan kesiapan standar global.
“Kami bangga jahe merah Indonesia diakui dunia. Dari kebun binaan hingga laboratorium, prinsip From Nature to Science menjadi dasar kami memastikan keamanan dan khasiat produk,” tegas Fanny Kurniati, Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe
Indonesia Semakin Dekat Menjadi Pemimpin Herbal Dunia
Kunjungan WHO–IRCH ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah sinyal bahwa Indonesia mulai diakui sebagai pusat riset dan produksi obat herbal modern.
“Ini kehormatan sekaligus motivasi untuk membawa pengetahuan lokal berbasis sains ke masyarakat global, dimulai dari jahe merah,” tutup Fanny.
Dengan kekayaan hayati, tradisi yang teruji, dan riset modern yang makin solid, Indonesia tidak lagi hanya dikenal sebagai negeri rempah—melainkan calon pemain kunci industri obat herbal dunia.
