Dari Laci ke Aplikasi: Cara Baru Investasi Emas di Era Digital
Jakarta, 2 November 2025 – Emas mungkin terdengar klasik, tapi nilainya tak lekang waktu. Dulu, orang tua kita menyimpan emas sebagai tabungan darurat — dijual saat butuh biaya sekolah, menikahkan anak, atau menghadapi kondisi tak terduga. Tapi sekarang, investasi emas nggak lagi harus berbentuk logam yang disimpan di laci.
Di era digital, kamu bisa beli dan simpan emas langsung dari smartphone. Cukup lewat platform investasi, bahkan bisa dicicil tanpa harus repot ke toko perhiasan. Praktis, aman, dan tetap bernilai. Sekarang yuk kita cek apa saja keuntungan berinvestasi emas di era digital:
Menjaga Nilai di tengah Inflasi
Harga-harga naik, nilai uang turun — tapi emas tetap tangguh.
Menurut data Bureau of Labor Statistics, nilai $100 di Februari 2020 kini setara $123,35 di Februari 2025, alias harga barang naik sekitar 23% hanya dalam lima tahun.
Ketika uang tergerus inflasi, emas justru menjaga nilainya. Seperti kata Paul Williams, Managing Director di Solomon Global, “Emas bisa membantu membangun kekayaan berkat perannya sebagai penyimpan nilai, pelindung dari inflasi, dan alat diversifikasi.”
Emas unik karena pasokannya terbatas. Produksi global hanya tumbuh sekitar 1% per tahun, membuatnya sulit terdepresiasi — beda dengan uang yang bisa dicetak kapan saja.
Diversifikasi Investasi yang Cerdas
Jangan taruh semua telur di satu keranjang — pepatah lama yang masih relevan.
Menambah emas ke portofolio bisa bantu kamu menyeimbangkan risiko. Seperti kata Brett Elliott dari APMEX, “Emas adalah aset nyata yang tahan terhadap inflasi dan tidak punya risiko pihak ketiga.”
Contohnya:
- Akhir 1970-an: saham ambruk, emas bersinar.
- 1980-an: saham naik, emas meredup.
- Krisis 2008: pasar runtuh, harga emas justru melesat.
Kuncinya, korelasi emas rendah terhadap saham dan obligasi, sehingga bisa jadi “penyeimbang” saat pasar lain goyah.
Pelindung di tengah Gejolak Politik dan Krisis
Dijuluki komoditas krisis, emas terbukti tahan terhadap ketidakpastian.
Selama perang, resesi, atau perubahan politik besar, nilainya tetap diakui di seluruh dunia. Emas tidak bergantung pada sistem pemerintahan mana pun, mudah disimpan, dan likuid — itulah kenapa ia tetap jadi pelindung klasik di era modern.
Pasokan Terbatas, Permintaan Naik
Sejak krisis 2008, produksi emas meningkat tapi tetap tak bisa mengejar permintaan. Data menunjukkan produksi dunia naik dari 2.444 ton (2007) ke 3.644 ton (2023), sementara permintaan melonjak hampir dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. Dengan cadangan global hanya sekitar 59.000 ton, wajar kalau nilainya terus dijaga tinggi.
Emas Kini Semakin Likuid dan Aksesibel
Dulu, emas dianggap aset “berat” — susah disimpan dan dicairkan.
Sekarang? Cukup buka aplikasi, kamu bisa jual-beli emas digital 24 jam.
Melalui ETF emas dan platform investasi digital, emas bertransformasi jadi aset modern yang mudah diakses siapa pun. Kini, emas bukan sekadar logam mulia di brankas, tapi bagian penting dari strategi finansial masa depan.
