Ini Siasat OYO Antisipasi Lonjakan Wisata Akhir Tahun

Jakarta, 5 Desember 2025 — Musim liburan akhir tahun kembali menguji daya tampung industri pariwisata nasional. Setelah dua tahun berada dalam fase pemulihan, Desember 2025 menandai kembalinya pergerakan wisata yang masif.

Proyeksi Kementerian Pariwisata mencatat potensi 1,3 juta kunjungan wisman dan lebih dari 100 juta perjalanan wisatawan Nusantara hanya dalam satu bulan—angka yang cukup untuk menggambarkan betapa padatnya mobilitas masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru.

Baca juga: Jelang Akhir Tahun tiket.com Ungkap Akomodasi Unggulan di Manado

Di sisi akomodasi, estimasi okupansi di destinasi utama menembus 90%, sebuah kondisi yang menempatkan hotel-hotel dalam posisi krusial: menjaga ketersediaan kamar di tengah permintaan yang melonjak, sekaligus memastikan harga tetap rasional bagi wisatawan.

OYO, salah satu pemain besar di segmen akomodasi terjangkau, memilih menjawab dinamika ini dengan pendekatan agresif melalui rangkaian promo bertahap sepanjang Desember. Alih-alih sekadar memancing pemesanan, strategi ini tampak diarahkan untuk mengatur pola arus permintaan agar tidak terkonsentrasi hanya pada puncak hari libur.

OYO membagi strategi diskonnya ke dalam empat fase: early bird, Christmas Sale, New Year Sale, dan Payday Sale. Polanya mirip manajemen lalu lintas—mendorong wisatawan memesan lebih awal untuk menghindari kepadatan di periode puncak.

Early December menjadi semacam “penyeimbang”, memberikan insentif 15% agar wisatawan tidak menunggu momen last minute. Christmas Sale dan New Year Sale, dengan diskon hingga 75%, bergerak mengikuti irama mobilitas warga yang biasanya memuncak di tanggal-tanggal transisi libur besar. Sementara itu, Payday Sale menyasar perilaku spontan yang kerap muncul di akhir bulan.

Semua penawaran didorong melalui banner dan notifikasi aplikasi—sebuah mekanisme yang menegaskan bahwa distribusi digital tetap menjadi kunci kompetisi di sektor akomodasi.

Antara Keterjangkauan dan Ketersediaan

Lonjakan permintaan pada akhir tahun selalu menjadi titik pertarungan antara harga, ketersediaan, dan kualitas pengalaman menginap. Di sinilah promo agresif OYO bisa dibaca bukan hanya sebagai strategi komersial, tetapi juga upaya mempertahankan posisi di segmen bujet  yang semakin ketat.

Menurut Hendro Tan, Country Head PRISM Indonesia, minat masyarakat untuk kembali berwisata meningkat lebih cepat dibanding tahun 2024.

Baca juga: Industri Halal di Era Digital: Dari Label Kepercayaan hingga Strategi Brand

“Akhir tahun selalu menjadi high season. Tahun ini tren perjalanannya lebih cepat naik. Karena itu kami menghadirkan rangkaian promo Desember untuk memastikan wisatawan tetap punya pilihan harga yang masuk akal tanpa mengorbankan kenyamanan,” ujarnya.

Dalam konteks pemulihan industri pariwisata, strategi seperti ini menunjukkan bagaimana platform akomodasi mulai mengadopsi pendekatan yang lebih bergerak berdasarkan data permintaan, bukan hanya sekadar mengikuti pola liburan. Tantangannya tetap sama yakni bagaimana menjaga keseimbangan antara keterjangkauan, kualitas layanan, dan keberlanjutan operasional properti.

Bagi wisatawan, gelombang promo akhir tahun menawarkan peluang untuk mengamankan akomodasi di tengah tingginya mobilitas nasional. Bagi industri, ini menjadi pengingat bahwa fase pemulihan bukan lagi isu—melainkan bagian dari kompetisi baru yang semakin digital, cepat, dan berbasis perilaku perjalanan.