Jangan Buang Sembarangan! TIKI Ajak Konsumen Kelola Resi dan Kemasan Paket

Jakarta, 10 November 2025 – Lonjakan belanja online membuat volume pengiriman paket di Indonesia meningkat tajam. Namun, di balik kemudahan digital dan layanan antar yang kian efisien, tersimpan dua tantangan baru: kebocoran data pribadi dan meningkatnya limbah kemasan.

Sebagai perusahaan jasa kurir, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) mengajak masyarakat untuk lebih bijak mengelola kemasan dan resi paket. Ajakan ini menjadi bagian dari komitmen TIKI menciptakan ekosistem logistik yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.

“Label pengiriman berisi informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, dan alamat lengkap. Jika dibuang tanpa dihapus, data ini berisiko disalahgunakan. Sementara peningkatan pengiriman berarti juga meningkatnya limbah kemasan,” ujar Yulina Hastuti, Direktur Utama TIKI.

Smart Shipping Habit: Bijak Kelola Resi dan Kemasan

Sebagai bagian dari edukasi publik, TIKI memperkenalkan konsep smart shipping habit, kebiasaan cerdas dalam menerima dan mengelola paket. Ada tiga langkah sederhana yang bisa diterapkan:

  1. Hapus atau robek bagian resi sebelum membuang kemasan.
    Resi berisi data pribadi yang mudah disalahgunakan. Hapus atau robek bagian ini untuk melindungi privasi.
  2. Gunakan kembali kemasan yang masih layak.
    Kardus, bubble wrap, atau paper wrap bisa dipakai ulang asalkan label lama dilepas. TIKI mengampanyekan prinsip “Reuse Before You Throw” untuk menekan volume sampah kemasan.
  3. Pisahkan dan kirim limbah kemasan ke tempat daur ulang.
    Kardus dan plastik pembungkus punya cara penanganan berbeda. Pastikan kering dan bersih sebelum dikirim ke bank sampah atau gerai daur ulang.

Perlindungan Data dan Keberlanjutan

TIKI menegaskan komitmennya terhadap keamanan data dan keberlanjutan lingkungan. Perusahaan menerapkan enkripsi, autentikasi berlapis, dan pemantauan sistem real-time untuk menjaga kerahasiaan pelanggan.

Label resi kini dibuat lebih ringkas dan bisa digantikan dengan bukti digital melalui Aplikasi TIKI, sehingga pelanggan tak perlu menyimpan label fisik. Selain itu, TIKI terus mendorong penggunaan kemasan ramah lingkungan, seperti plastik berteknologi OXIUM yang cepat terurai, serta sistem digitalisasi dokumen untuk mengurangi kertas.

TIKI juga menerapkan reverse logistics — sistem pengumpulan kembali kemasan bekas antaragen yang masih bisa digunakan. Langkah ini memperpanjang siklus hidup material sekaligus menekan jejak karbon perusahaan.

“Keberlanjutan bukan sekadar inisiatif tambahan, melainkan tanggung jawab operasional. Kami ingin setiap kiriman tak hanya sampai tepat waktu, tapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan,” ujar Yulina.

Melalui kampanye edukasi ini, TIKI ingin membangun kesadaran bahwa melindungi data pribadi dan mengelola kemasan bertanggung jawab adalah bagian dari perilaku digital yang aman dan berkelanjutan. “Di era digital, keamanan data dan kepedulian lingkungan harus berjalan beriringan,” tutup Yulina.