Kakao Aceh Menuju Masa Depan Regeneratif
Jakarta, 12 November 2025 — Di tengah tantangan perubahan iklim dan regulasi global yang makin ketat, sektor kakao Indonesia tengah menapaki babak baru. Kolaborasi antara Sugata, KOLTIVA, serta mitra global Unilever, Foreign, Commonwealth & Development Office (FCDO), dan EY, menghadirkan model baru produksi kakao regeneratif yang menyeimbangkan keberlanjutan, ketertelusuran digital, dan kesetaraan gender.
Melalui inisiatif TRANSFORM Bestari Challenge, proyek ini berfokus pada lima pilar: Gender Action Learning System (GALS), Pengelolaan Lahan Percontohan, Pertanian Regeneratif dan Agroforestri, Pengelolaan Limbah Kakao, serta Pemantauan Emisi Gas Rumah Kaca (GHG Monitoring). Pendekatan ini bukan sekadar menjaga hutan, tetapi juga membangun rantai pasok yang tangguh dan inklusif.
Aceh, yang menjadi rumah bagi ekosistem Leuser — salah satu hutan hujan tropis terakhir di dunia — kini menjadi laboratorium hidup bagi praktik pertanian regeneratif. Dalam setahun, lebih dari 500 petani di 21 desa telah mendapat pelatihan melalui platform KoltiSkills, sementara 10 lahan percontohan dibangun untuk pemantauan emisi dan praktik regeneratif.
“Yang kami bangun di Aceh bukan sekadar proyek, melainkan cetak biru masa depan industri kakao berkelanjutan,” ujar Joe Keen Poon, Executive Chairman of the Board KOLTIVA. “Petani kecil berhak mendapatkan akses teknologi dan kesempatan yang adil untuk berkembang. Regenerasi dan profitabilitas harus berjalan beriringan.”
Dengan dukungan sistem KoltiTrace, KOLTIVA menghadirkan ketertelusuran “farm-to-bar” yang memungkinkan pemantauan langsung rantai pasok dari kebun hingga produk akhir. Pendekatan berbasis data ini menjadi kunci menghadapi regulasi seperti EU Deforestation Regulation (EUDR) dan komitmen zero-deforestation global.
Regenerasi Sosial dan Ekologis
Sugata, perusahaan bean-to-bar yang berdiri pada 2018, meregenerasi lahan terdegradasi dan meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal. Melalui pelatihan berbasis gender, lebih dari 100 rumah tangga petani kini menerapkan pengambilan keputusan inklusif — menandai langkah kecil tapi signifikan menuju kesetaraan dalam pertanian.
Menurut Jessica Pauline, Country Lead Finance & Business Development Unilever Indonesia, “Perusahaan berdampak seperti Sugata berperan penting dalam menjawab tantangan keberlanjutan global. TRANSFORM bukan hanya hibah, tetapi kolaborasi lintas sektor yang memperkuat dampak sosial dan lingkungan secara berkelanjutan.”
Meski masih dihadapkan pada cuaca ekstrem dan kesenjangan literasi digital, kolaborasi Sugata dan KOLTIVA menunjukkan bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa berpihak pada manusia dan alam. Transformasi rantai pasok kakao Aceh bukan hanya tentang komoditas — tetapi tentang menanam harapan baru bagi keberlanjutan.
