Perkembangan Logistik dan Infrastruktur Indonesia Disorot Singapura

Singapura, 14 November 2025 – Upaya memperkuat ekosistem logistik dan manufaktur Indonesia menjadi sorotan dalam seminar bertajuk “Enhancing Logistic Efficiency for Manufacturing in Indonesia” yang digelar di kantor Drew & Napier, Singapura. Acara ini merupakan kolaborasi antara Subang Smartpolitan, Drew & Napier, Makarim & Taira S., UOB Indonesia, didukung oleh Patimban Global Gateway Terminal (PGT) dan Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Singapore.

Daya Tarik Indonesia dan Data Investasi Asia Indonesia memiliki daya tarik yang kuat bagi para investor global. Hal ini dikonfirmasi oleh data terbaru dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Indonesia, yang mencatat adanya arus masuk signifikan Penanaman Modal Asing (PMA) ke dalam negeri.
Ekonomi utama Asia, termasuk Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok, secara konsisten masuk dalam peringkat lima besar negara investor terbesar di Indonesia. Tren ini menyoroti kepercayaan mitra global terhadap masa depan industri di Indonesia.

Singapura secara konsisten menempati posisi sebagai negara asal investor terbesar di Indonesia selama tiga tahun terakhir (2022–2024). Kontribusi tahunan Singapura mencapai rata-rata 31,0 persen dari total PMA di Indonesia, dengan Tingkat Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) rata-rata mencapai 22,9 persen.

Direktur Promosi ASEAN dan Australia, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/ BKPM Indonesia, mengatakan, Indonesia di kepemimpinan Presiden Prabowo mematok target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2028, mencapai 7 hingga 8 persen.

“Memudahkan Investor dan downstream Industri adalah cara yang paling efektif untuk mencapainya. Kolaborasi Pemerintah dan Kawasan Industri merupakan salah satu cara untuk mempercepat investor dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia,” tuturnya.

Fokus pada sektor manufaktur ini sangat strategis, mengingat peran fundamentalnya dalam perekonomian di Indonesia. Industri pengolahan (manufaktur) Indonesia mencatat tingkat pertumbuhan tahunan yang impresif, tren investasinya terus naik pada tiga tahun terakhir. Kinerja ini memperkuat posisi sektor tersebut sebagai tulang punggung dan mesin utama ekspansi ekonomi Indonesia.

Andria Buchara, Direktur Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Singapura – Kementerian Investasi & Hilirisasi/BKPM Indonesia menyampaikan, Pemerintah Indonesia terus memperkuat dukungan bagi sektor manufaktur dengan menghadirkan kebijakan dan insentif yang secara langsung mengurangi biaya logistik dan mempercepat arus barang.

“Pengembangan koridor industri-logistik, peningkatan kapasitas pelabuhan, serta digitalisasi layanan perizinan dan rantai pasok menjadi prioritas untuk memastikan keandalan operasional bagi investor. Kami percaya, langkah-langkah strategis ini memberikan kepastian dan daya saing lebih tinggi bagi pelaku industri yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor,” paparnya.

Pengembangan Infrastruktur Ciptakan Efisiensi Logistik
Seminar ini bertujuan untuk memberikan wawasan komprehensif kepada investor dari sektor pelayaran, logistik, dan manufaktur – mengenai lanskap logistik dan infrastruktur Indonesia. Fokus utamanya adalah menguraikan peran proyek strategis Indonesia – khususnya Pelabuhan Patimban, yang akan terintegrasi dengan kawasan industri Subang Smartpolitan. Sinergi keduanya diharapkan mampu menciptakan rantai pasok yang optimal dan mempercepat pertumbuhan industri manufaktur serta transformasi investasi.

Kevin Tan, Head of Logistics, Sector Solutions Group, UOB, menekankan pentingnya pembangunan ekosistem kolaboratif untuk menciptakan infrastruktur logistik yang menyeluruh – kunci dalam membuka potensi Indonesia sebagai pusat produksi regional.

Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, UOB Indonesia, menegaskan kolaborasi dengan Subang Smartpolitan dan Patimban Global Gateway Terminal mencerminkan komitmen UOB Indonesia dalam mendukung investor asing melalui jaringan regional dan keahlian FDI Advisory.
“Dengan menghubungkan investor pada ekosistem dan mitra strategis yang tepat, kami berupaya memfasilitasi basis manufaktur Indonesia serta integrasi perdagangan di Kawasan,” tandasnya.

Sementara itu, Abednego Purnomo, Vice President Subang Smartpolitan, mengatakan perkembangan infrastruktur erat kaitannya dengan manufakturing, yang mana para investor selain melihat dari segi biaya, juga mempertimbangkan waktu tempuh sehingga pemilihan lokasi di awal sangat menentukan efisiensi logistik keseluruhan.

“Bagusnya, selama beberapa tahun terakhir kita telah melihat perkembangan infrastruktur yang cukup masif seperti jalan tol juga pelabuhan Patimban, yang tentu saja berkontribusi terhadap efisiensi logistik laut,” katanya.

Mengenai perkembangan pembangunan Pelabuhan Patimban, Pierre Avesque, Presiden Direktur PGT, memberikan informasi terkini. “Bersama dengan PPI (PT Pelabuhan Patimban Internasional), PGT dan PPI telah melakukan pembelian peralatan yang diperlukan untuk melayani terminal peti kemas dan terminal serbaguna,” tutur Pierre.

Terminal dijadwalkan mulai beroperasi pada Januari 2026 dengan pengerahan satu unit Mobile Harbour Crane (MHC). Kapasitas terminal akan meningkat secara bertahap dengan tambahan dua unit MHC yang diharapkan tiba pada April 2026, diikuti oleh tiga unit Ship-to-Shore (STS) cranes dan sembilan unit Electric Rubber-Tired Gantry (E-RTG) cranes pada Desember 2026. Dengan penambahan ini, kapasitas terminal peti kemas akan meningkat dari 250.000 TEUs menjadi 800.000 TEUs pada akhir Desember 2026.